Jumat, 30 Mei 2014

MINAT BACA RENDAH?, APA YA YANG SALAH?

Minat Baca Rendah, Masalah Klasik Masyarakat Indonesia

who doesn’t like reading?, who doesn’t love books?, who doesn’t obsess with the smell of the books?, sorry to say but i think the one doesn’t feel that is the poorest one. hehehe...

membaca adalah jendela dunia, yang tak suka membaca, ibaratnya hidup di dalam rumah tanpa jendela, yang hanya punya satu pintu saja


Membaca, ya membaca adalah aktifitas yang ternyata tidak terlalu mendapatkan perhatian dari masyarakat di Indonesia. Sampai saat ini masalah rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia secara umum menjadi PR yang tak kunjung terselesaikan –mungkin yang ngerjain PR sampe bosen-. Banyak hal yang dikambinghitamkan sebagai penyebab rendahnya minat baca masyarakat kita, mulai dari kurang memadainya fasilitas perpustakaan di Indonesia, mahalnya harga buku, dan membaca yang dianggap sebagai aktifitas yang membosankan. Penyebab lain rendahnya minat baca sering kali dikaitkan dengan tradisi lisan yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Tradisi lisan membiasakan kita untuk belajar melalui proses mendengar. Jadi tak heran kalau minat untuk memperoleh pengetahuan melalui membaca belum bisa dijadikan biasa. Hemat saya, tradisi meskipun memang membawa pengaruh dalam perkembangan suatu bangsa, bukan berarti harus dijadikan suatu yang ‘harus’ mutlak diikuti. Kita bisa mengembangkan tradisi membaca tanpa harus mengesampingkan tradisi lisan yang diwariskan oleh nenek moyang.

Saat sedang iseng-iseng menjelajah di dunia maya, saya menemukan teks berita online yang –menurut saya- judulnya sangat menarik, “Kemendikbud Kesulitan Meningkatkan Minat Baca Masyarakat RI”. -Wow, sesulit itukah?, miris sekali- pikir saya. Berkaitan dengan penyebab rendahnya minat baca di Indonesia sudah sering dan banyak dikaji oleh para ahli dan praktisi pendidikan. Sudah banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka mengatasi rendahnya minat baca masyarakat kita. Akan tetapi pada praktiknya di lapangan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah bukannya tidak melakukan apa-apa menghadapi fenomena yang sudah mendarah daging ini. Program terbaru yang digagas pemerintah adalah TBM (Taman Baca Masyarakat). Program ini diharapkan dapat meningkatkan minat membaca masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut hemat saya kehadiran TBM seharusnya dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang merasa kesulitan untuk menemukan buku bacaan atau mereka yang mengeluh malas mengunjungi perpustakaan. TBM sengaja ditempatkan pemerintah di area publik, seperti pasar, terminal, rumah sakit, taman kota, dan ruang publik lainnya. Selain mendapat fasilitas membaca gratis, masyarakat kita juga diajari menulis. Masyarakat juga diperkenankan mengajukan proposal permohonan TBM di daerah tempat tinggal mereka. Dengan begitu pemerintah berharap dapat memfasilitasi masyarakat secara merata. Saat ini sudah ada 6000 TBM yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah yang fantastis. Namun pertanyaannya “apakah 6000 TBM ini sudah dapat dimaksimalkan peranannya oleh masyarakat Indonesia?”

Andi F Noya, Duta Baca Indonesia, berpendapat bahwa meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia memang sulit, tapi bukannya tidak mungkin. –everything is possible as long as we try harder to make it real-. Saya sedikit mengutip pendapat pria kelahiran tahun 1960 ini berkaitan dengan program TBM "Meningkatkan minat membaca masyarakat itu yang sulit, sehingga kami terus berupaya agar mereka mau membaca. Saya sangat mendukung sekali program ini, namun jangan hanya buku karena dikhawatirkan hanya menjadi pajangan saja". Memang benar, saya rasa TBM memang perlu disinergikan dengan kegiatan positif yang dapat menarik masyarakat untuk datang, misalnya saja dengan kegiatan bedah buku, diskusi film, kelas mendongeng bagi anak, dan pendampingan kegiatan membaca oleh komunitas baca yang ada di masing-masing daerah. Saya sempat berdiskusi dengan beberapa teman yang juga gemar membaca. Ada diantara mereka yang berpendapat ditambahkannya area hotspot gratis di seputaran TBM akan menambah minat masyarakat untuk mengunjungi TBM. Tapi saya merasa pendapat tersebut kurang tepat. Adanya area hotspot gratis mungkin hanya akan meningkatkan pengunjung TBM, tapi belum tentu akan meningkatkan minat baca pengunjung, bisa jadi mereka datang hanya untuk menikmati fasilitas hostspot gratis, bukan untuk membaca. Selain itu penyediaan area hotspot gratis tidak dapat dengan mudah diterapkan di semua daerah di Indonesia mengingat belum meratanya penyediaan koneksi internet di negara kita.

Ehmm..jadi apa yang harus kita lakukan untuk dapat meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia?.

The first and the most important thing to do called membiasakan diri sendiri untuk cinta membaca.Perubahan harus selalu dimulai dari diri sendiri pastinya. Memang ini bukan perkara mudah, terlebih lagi bagi orang yang sudah berada pada tahap usia dewasa. Menanamkan kebiasaan membaca pada orang dewasa ibaratnya membutuhkan ‘ketelateanan’ yang luar biasa, tak semudah menanamkan kebiasaan serupa pada anak-anak. Saya menawarkan beberapa langkah yang insya Allah cukup praktis dalam menumbuhkan kebiasaan membaca orang dewasa *langkah ini sudah pernah saya rekomendasikan pada beberapa teman dan menurut mereka berhasil meskipun butuh waktu yang tidak instan* :

langkah 1
mensugesti diri kita sendiri bahwa “membaca itu menyenangkan”. pada tahapan awal kita bisa mencoba dengan membiasakan diri membaca koran atau majalah, paling tidak 5 artikel yang digemari per harinya.
langkah 2
apabila langkah di atas sudah berhasil dibiasakan dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan, mulailah dengan beralih ke buku. pilih jenis buku yang disukai, membaca 5 lembar setiap hari rasanya tidak cukup memberatkan kan?.
langkah 3
setelah kebiasaan membaca 5 lembar dapat telaksana secara rutin selama 3 bulan, kita dapat melanjutkan dengan menyisihkan waktu khusus untuk membaca per harinya. menurut hemat saya, 30-60 menit per hari cukup untuk mengawali. kita juga sebaiknya mencatat mampu membaca berapa lembar selama kurun waktu yang kita tentukan.
langkah 4
setelah berhasil menjalankan langkah ke 3 kita dapat menambah durasi waktu membaca dan juga jumlah lembar yang dibaca sesuai dengan kemauan kita *dengan catatan harus ada peningkatan kualitas dan kuantitas kebiasaan membaca kita*. di samping itu tema bacaan juga sudah waktunya diberi variasi untuk menghindari rasa bosan dan jenuh.
langkah 5
untuk menyempurnakan keempat langkah di atas alangkah baiknya kalau kita juga berbagi tentang apa yang sudah kita baca pada orang lain –boleh teman, saudara ataupun komunitas baca-. Hal ini dapat membantu kita untuk memperkaya pengetahuan dengan cara bertukar pikiran dengan orang lain. tapi memang langkah kelima ini tak mudah, terlebih lagi untuk menemukan teman yang dapat diajak berbagi tentang bacaan kita –tapi tak mudah bukan berarti tak mungkin kan?-.


to be continued..

Minggu, 04 Mei 2014

Bukan Flu Biasa

Tulisan ini sebenrnya sudah lama sekali saya buat, tepatnya satu minggu tepat setelah saya terdiagnosis menderita sinusitis pada tahun 2005. Saya menuliskan kembali 'ceramah' yang diberikan dokter pada saat menjelaskan hasil foto hidung saya. Untuk menambah pengetahuan saya tentang sinusitis, saya juga membaca beberapa laman kesehatan berharap dapat menemukan cara pengobatan tercepat -tanpa operasi- yang mungkin dapat saya lakukan. Saya juga berbagi cerita dengan teman-teman sesama penderita sinusitis untuk memperoleh pengetahuan lebih tentang penyakit -yang nampaknya enteng- ini.

Tanpa sengaja saya temukan tulisan saya yang sudah berumur kurang lebih 9 tahun ini dalam hardisk portable. And i just wanna share it now. Hopefully it will help you all :)


Dan semuanya berasal dari penyakit influenza yang sering dianggap remeh oleh masyarakat -termasuk saya-.
Influenza atau yang lazim disebut flu memang menjadi penyakit yang dianggap enteng oleh masyarakat. Cukup dengan minum obat dan istirahat saja akan langsung sembuh. Memang benar demikian adanya. Tapi kalau obat dan istirahat tak juga meredakan dan flu yang dialami menjadi berkepanjangan -saya mengami influenza selama kurang lebih 2 bulan sebelum didiagnosis mengidap sinusitis-, mungkin Anda harus mulai waspada akan gejala sinusitis.

Menurut website kesehatan terbesar di Inggris, NHS Choices, peradangan pada rongga sinus atau yang lazim disebut sinusitis sebenarnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus. Mungkin sebagian besar masyarakat awam belum mengetahui apa sebenarnya rongga sinus dan dimana letaknya. Manusia memiliki 4 pasang rongga sinus, 2 rongga terletak di dahi, 2 rongga di belakang kedua mata, 2 rongga di belakang tulang pipi dan 2 rongga di kedua sisi jembatan hidung. Rongga sinus berfungsi sebagai pengontrol jumlah suhu dan cairan yang akan masuk ke dalam paru-paru kita. Pada umumnya, lendir secara alami diproduksi oleh rongga sinus. Peradangan yang terjadi pada rongga tersebut menyebabkan penyumbatan aliran lendir yang seharusnya dikeluarkan.

Gejala awal penyakit sinusitis dapat dikatakan mirip dengan gejala influenza. Penderita akan mengalami peningkatan suhu tubuh, hidung tersembat, pusing, dan juga rasa sakit dan nyeri di wajah, tepatnya di daerah dahi, pipi, hidung dan di antara mata. Oleh karena itu tak jarang penderita tak menyadari bahwa dirinya mengidap sinusitis.
Sinusitis diklasifikasikan menjadi dua, yakni sinusitis akut dan kronis. Sinusitis akut diawali dengan gejala mirip influenza yang berlangsung selama kurun waktu 12 hari. Apabila gejala tersebut berlangsung melebihi 12 hari dapat dikatakan penderita mengalami sinusitis kronis. Penderita sinusitis kronis biasanya mengeluhkan dirinya mengidap influenza selama berbulan-bulan.

Penderita sinusitis, baik akut maupun kronis dapat mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit untuk meredakan nyeri di bagian wajah. Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari Majalah kesehatan Kanada, Best Health, penanganan sinusitis juga bisa dilakukan di rumah dengan pemberian uap panas pada daerah wajah dan hidung dengan menggunakan baskom yang diisi dengan air panas. Penderita sinusitis sebaiknya banyak minum air -bukan air es- agar lendir menjadi lebih encer dan mudah keluar -saya melakukan hal yang paling simple, yakni menggunakan air hangat yang saya masukkan dalam baskom untuk kemudian saya hirup uap yang berasal dari air hangat tersebut-. Ada baiknya jika mulai saat ini kita semua lebih mewaspadai gejala influenza, terlebih lagi jika sudah mengalami gejala tersebut lebih dari 12 hari. Konsultasikan dengan dokter tentang gejala tersebut untuk melakukan deteksi dini terhadap sinusitis.

Semoga semuanya sehat selalu!