Tahu megapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari…”(Pram, Bumi Manusia, 1980)
Kamis, 21 Februari 2013
bukan air mata, lalu apa?
Ini bukan air mata
Hanya tetes embun pagi yang bersisa di pelipis mata
Ini bukan air mata
Hanya sisa riang tawa saat senja mendera
Ini bukan air mata
Ini hanya kenangan kita yang terlalu sesak di dalam dada
Ini hanya bayangmu yang tak henti hadir di depan mata
Ini bukan air mata
Ini hanya caraku untuk mengusir debu luka yang ada di depan mata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar