Kamis, 25 April 2013

malam bersama sahabat [part 7]

apa kabar milikmu yang menyayangimu dengan penuh ketulusan
dan bagaimana keadaan milikku yang mencintaiku dengan penuh pengorbanan

pertanyaan itu membayangi tiap hariku
membuatku menyesal tapi tak mau tau
kau tetap meyakinkanku bahwa kita tak keliru
yang membuatku semakin tahu dimana salahku

bersandar di kursi ruang tamu
kau sandarkan kepalamu di bahuku
menggenggam erat jemariku
membuat suasana makin syahdu

“tak mungkinkah menggugurkan asa yang kau tata bersamanya?”
pertanyaanmu membekukan semua syaraf penggerak rongga mulutku
“tak bisakah membangun rasa kita saja?”
semua kata yang ada di kepala berhamburan begitu saja
aku sungguh tak ingin bicara
kupandang dengan seksama jari manisku
sudah ada cincin disitu
benda kecil itu memberatkan langkahku, termasuk juga langkahku untuk menujumu
kulirik sejenak jari manismu
juga sudah ada cincin disitu
benda kecil yang seharusnya juga menahan keberanianmu utk selalu datang kepadaku

“bukan begini caranya”, jawabku lirih
dalam hatiku seolah ada yang beradu

kupandang jam dinding di sampingku
jarumnya berjalan begitu cepatnya
secepat detak jantung kita berpacu
dua jam berlalu, aku dan kamu
ya, aku dan kamu

malam bersama sahabat [part 6]

Berkemeja biru, celana abu dan aroma tubuh yang kukenali
Duduk di sudut ruang tamu sambil menggenggam secangkir kopi
Mengamati datangku yang sambil berlari
Eits..sejak kapan kau minum kopi?
Bukannya perutmu bisa nyeri?
Bukannya aku yang suka kopi dan kau biasanya lebih memilih minum teh sambil memarahi?

Rindu tak terbahasakan nampak dari raut muka yang berseri
Seakan jutaan detik tlah terlewati
Padahal cuma sehari
Baru kemarin pukul 6 pagi
Baru kemarin di depan pagar kau berlari
Menujuku yang duduk di kursi menyantap roti isi

Di sampingmu seperti berada di persimpangan yang tak bertepi
Ingin lagi, dan lagi
Bercanda lagi, bercerita lagi, tertawa lagi
Bersedih lagi, menangis lagi
Marah-marah lagi,ngomel-ngomel lagi

Duduk di sampingmu dengan sweater ungu
Kacamata berbingkai biru
Memangku buku dan boneka kanguru
Aku malam itu
Aku yang tak bisa membahasakan rinduku
Bolehkah kita saling merindu?
Tak apakah kalau-kalau aku langsung memelukmu?
Tak salahkah kalau kau tiba-tiba menciumku?
Tak berdosakah kalau kita terbangun dibalik hangatnya selimut merah kasurku?

diam dan bertindaklah!

semua yang tak terkatakan
tak sempat tersampaikan
hanya mengendap di perasaan
dan berhenti di pikiran
tak ada keinginan
tak punya kemampuan
seolah dunia menekan
seolah semua tak akan terselesaikan
semua yang tak terkatakan
tak jarang sulit tuk diterjemahkan
begitu berat tuk digambarkan
dan hanya tersimpan
lalu harus diapakan?
semua yang tak terkatakan, sesungguhnya cukup digambarkan dengan tindakan
dan semuanya akan terselesaikan


Jumat, 22 Februari 2013

balada si hujan, si awan, dan si matahari

si hujan berhenti
si matahari datang sedikit berlari
tapi si awan masih saja menutupi
si matahari nampaknya ingin menampakkan diri
wah si awan masih tetap menghalangi

si awan kadang membela si matahari
membiarkannya bersinar sepanjang hari
tapi ketika si hujan mendatangi
keraguanpun datang merasuki
dan si awan pun mengkhianati si matahari
tak membiarkannya bersinar sepanjang hari

hey selamat pagi

tak apa tak bisa mencumbu mentari
ada gantinya si hujan yang menemani
orang-orang masih sibuk sendiri
kesana kemari, entah apa yang dicari

aku masih duduk di sini
menikmati tiap rintik hujan pagi ini
menunggu kalau-kalau ada pelangi selepas hujan berhenti
dan menunggu si abang tukang roti yang biasa kubeli

hey selamat pagi
hujan yang menghampiri mari kita syukuri :)

rintik hujan di pagi ini

wah depok hujan lagi
rintik hujan menari-nari
dedaunan menyambut dengan berseri-seri
rerumputan hijau nampak bersenang hati

wah depok hujan lagi
anak manusia mulai merasa ngeri
kalau-kalau jakarta banjir lagi
di bandung, tananh longsor juga masih menghantui

wah depok hujan lagi
memandang hujan sambil berdiri
aku dan secangkir kopi
sepiring nasi dan lauk yang baru kubeli
berharap hujan akan bersahabat denganku pagi ini :)

mari meletakkan pena

sudah dini hari
tak terasa berjam-jam pena menari
menghidupkan ribuan kata yang mati
memberinya ruang untuk ditinggali
menghembuskan inspirasi untuk dapat dinikmati

rasa kantuk mulai mendera
mari kita sudahi kata dengan menutup lembaran yang masih terbuka
letakkan pena dan istirahatkan mata
semoga Tuhan tetap menjaga semua rasa dan mengamankan semua asa :)

amin