Jumat, 22 Februari 2013

balada si hujan, si awan, dan si matahari

si hujan berhenti
si matahari datang sedikit berlari
tapi si awan masih saja menutupi
si matahari nampaknya ingin menampakkan diri
wah si awan masih tetap menghalangi

si awan kadang membela si matahari
membiarkannya bersinar sepanjang hari
tapi ketika si hujan mendatangi
keraguanpun datang merasuki
dan si awan pun mengkhianati si matahari
tak membiarkannya bersinar sepanjang hari

hey selamat pagi

tak apa tak bisa mencumbu mentari
ada gantinya si hujan yang menemani
orang-orang masih sibuk sendiri
kesana kemari, entah apa yang dicari

aku masih duduk di sini
menikmati tiap rintik hujan pagi ini
menunggu kalau-kalau ada pelangi selepas hujan berhenti
dan menunggu si abang tukang roti yang biasa kubeli

hey selamat pagi
hujan yang menghampiri mari kita syukuri :)

rintik hujan di pagi ini

wah depok hujan lagi
rintik hujan menari-nari
dedaunan menyambut dengan berseri-seri
rerumputan hijau nampak bersenang hati

wah depok hujan lagi
anak manusia mulai merasa ngeri
kalau-kalau jakarta banjir lagi
di bandung, tananh longsor juga masih menghantui

wah depok hujan lagi
memandang hujan sambil berdiri
aku dan secangkir kopi
sepiring nasi dan lauk yang baru kubeli
berharap hujan akan bersahabat denganku pagi ini :)

mari meletakkan pena

sudah dini hari
tak terasa berjam-jam pena menari
menghidupkan ribuan kata yang mati
memberinya ruang untuk ditinggali
menghembuskan inspirasi untuk dapat dinikmati

rasa kantuk mulai mendera
mari kita sudahi kata dengan menutup lembaran yang masih terbuka
letakkan pena dan istirahatkan mata
semoga Tuhan tetap menjaga semua rasa dan mengamankan semua asa :)

amin

malam bersama sahabat [part 5]

bersandarku di dinding kamar
menatap ke sebuah gambar
di pojok, tepat di sebelah gitar
dengan wajah datar
kusentuh dengan tangan gemetar wajah di gambar

"maaf", kataku dalam hati
apa aku mengkhianati?
mungkinkah bermain api atau mengasah belati untuk bunuh diri
kupandangi wajah yang 2 tahun sudah menemani
yang sudah merajut begitu banyak mimpi
dan juga menyajikan sepotong hati di setiap pagi
tepatnya 36 bulan, 96 minggu dan 730 hari berbagi

berjalanku selangkah ke kanan
memandang bingkai tua penuh kenangan
foto 2 siswa sma yang masih berseragam dengan senyuman ringan
ya Tuhan, terasa bangkit semua kenangan
membangun kembali angan
menyadarkan akan suatu perjalanan

"tok tok"
tepat pukul 8 malam
kutengok jam tangan
terperangan aku melihat bayangan
oh..kamu..lalu kitapun terdiam

apa yang akan kita lakukan
pada milikku yang terlalu baik tuk disiakan
pada milikmu yang terlalu sayang tuk ditinggalkan
apa yang mampu kita katakan
pada diaku yang mencintaiku dengan segala kekurangan
pada diamu yang kutau mencintaimu dengan penuh ketulusan
apa yang harus kita lakukan
pada hatiku dan hatimu yang terlambat menyadari arti kebersamaan





malam bersama sahabat [part4]

kali ini rintik hujan ramah menyapa
bulan dan bintang tak ada kata
hanya bersembunyi di balik awan saja

diiringi lantunan lagu
berbaring di atas bangku kayu
bertemankan kopi dan kue bolu
kembali menerawang ke masa 5 tahun lalu
jumpa pertama denganmu

suatu pagi, di taman kota
aku bersandar di bawah pohon cemara
kau duduk minum fanta
sambil membaca buku tua berjudul "sejuta matahari"
motinggo busye penulisnya
kau dengan kacamata dan wajah penuh terka

ketidaksengajaan
itulah yang mengawali pertemuan
kebetulan yang melahirkan begitu banyak kebahagiaan
kebetulan yang menggoreskan kisah tak tergantikan

derap langkah kaki sontak menyadarkanku
oh..kamu..
kali ini entah mengapa semua seolah menjadi kaku
bibirku, hatiku, pikiranku
dan begitu pula dengan bibirmu, hatimu, dan pikiranmu

duduk di sampingku seperti 2 malam yang lalu
basa basi biasa yang rasanya kaku
matamu mengatakan sesuatu, yang diterjemahkan perlahan oleh raut wajahmu
aku pun menerka semampuku
menerjemahkan arti pandangmu dan senyumanmu
entah mengapa..kali ini..berbeda untukku..

"WHAT IF LOVE ISN'T AS SIMPLE AS BOY MEETS GIRL?"


malam bersama sahabat [part3]


bintang bersinar melebihi kapasitasnya
dan kita tengah tertawa seperti biasa
berlalu duka dan kembali tertawa
seperti biasa
ya biasa seperti kita
kita yang biasa bersama
dimana dan kemana
mengapa dan bagaimana
inilah kita yang ternyata masih tetap manusia

tatap mata sayumu mengatakan sesuatu
bahasa yang aku tak tahu
bahasa yang tak ingin kutahu

diam terpaku
bersandar di seberangku
pandangmu tak seperti sabtu lalu
ada yang tak kutahu
darimu dan dari diriku

langit abu-abu
desir angin berlalu
meja dan kursi tua dari kayu
kopi di cangkir biru
tak lupa kue kesukaanmu di piring ungu

5 menit berlalu
5 mili jarak wajahmu dan wajahku
lalu.......


malam bersama sahabat [part 2]



kau datang dengan tawa
memamerkan wajah bahagia
tapi hanya hampa yang mampu kutangkap dengan mata
“kau sedang tak benar-benar bahagia”

detik berlalu tanpa kata
hanya saling bertukar pandang saja
bercerita dengan cara kita
bungkammu pun bahasa yang bisa kuterka

dukamu, dukaku
diammu, diamku

malam bersama sahabat [part 1]



ah..bersamamu lagi
malam ini
atau bahkan mungkin sampai nanti menjelang pagi
menceritakan tentang hari ini
dan mengkhayalkan tentang banyak mimpi

ah..duduk di sampingmu
di bawah langit yang mulai abu-abu
menceritakan semua yang mengganggu
ini dan itu
seakan tak ada yang namanya ujung waktu

ah..lagi-lagi bersandar di bahumu seperti biasa
mengeja setiap inchi bahagia
membagi setiap senti duka
tertawa dan tertawa yang entah karena apa
bahagia kita, duka kita
bukan urusan mereka..

Kamis, 21 Februari 2013

mari memulai hari ini

cukup untuk hari ini
saya belum mandi
belum gosok gigi
tapi sudah ingin makan nasi
jadi kata-kat ini harus saya akhiri

terucap selamat pagi dari dalam hati
semoga hari ini berpihak pada semua mimpi
dan menjadikan nyata semua imaji :)
pastikan kaki menapak di bumi dengan berani

salam hangat dari secangkir kopi dan sepotong roti

bukan air mata, lalu apa?



Ini bukan air mata
Hanya tetes embun pagi yang bersisa di pelipis mata
Ini bukan air mata
Hanya sisa riang tawa saat senja mendera
Ini bukan air mata
Ini hanya kenangan kita yang terlalu sesak di dalam dada
Ini hanya bayangmu yang tak henti hadir di depan mata
Ini bukan air mata
Ini hanya caraku untuk mengusir debu luka yang ada di depan mata

sajak untuk si lingusitika dan si sastra

aku mengagumi si linguistika
untuk adanya kelas kata
untuk mengklasifikasikan frasa dan klausa
serta membedakan kalimat dan wacana

aku mengagumi si sastra
adanya prosa
puisi dan rimanya
membuat kata memiliki irama dan nada


tanya dan tanya

ada yang bertanya apa
lalu kemudian bagaimana
dan disusul dengan mengapa

jawab saja dengan karena
usai sudah semua

lalu kembali hadir kenapa dan dimana
dan juga bertanya siapa

kali ini tak perlu dijawab dengan kata
cukup dengan senyuman saja
tak semua tanya bisa dijawab dengan kata

dunia kita dan hanya kita



kita tidak menua bersama
tapi hati kita akan tetap bergandengan mesra di dunia yang hanya kita penghuninya
mungkin dunia nyata memisahkan kita
atau picisannya takdir tak berpihak pada kita
tapi kita pun sama tahu, hati kita.. tetap berpihak pada apa yang dipilihnya
tak bersama tak apa, asalkan bukan akhir perjalanan kita
kita tak perlu mengeluarkan kata
saat jumpa, cukup dengan pandangan mata saja rasanya sudah mewakili banyak cerita

kembali membangkitkan kata-kata

lama aku tidak menulis
mungkin karna inspirasi terkikis
atau mungkin karna kemampuan menipis

ah ironis
tapi yang jelas tinta penaku tak pernah habis
jadi sekarang aku menulis
kembali mengisi buku bergaris
membiarkan kata-kata berbaris

semoga semuanya tetap terasa manis :)